Sejauh mataku menatap jingga membenamkan akarnya pada rindu, Tuhan memberiku satu jalan ketika aku lupa pada rumah untuk pulang. Dengan secangkir air mata, tertatih rasa itu datang, berharap aku memandangnya dengan hati.
Di permukaan cangkir, masa lalu merayu untuk datang, memuja segala keindahan senja ketika jingga terperangkap hujan di trotoar jalan. Aku gigil mendekap hatiku yang hilang di situ, ya sisi itu gelap tanpa titik-titik bintang dan berbisik hatiku sudah pergi.
Kini musim hujan melambai pada malam, senja meninggalkan potret-potret muram di pinggir kota. Menyingkirkan kebodohan dari wajah-wajah murid TPA yang mengumandangkan alif, ba,ta dan sta. Duduk di tangga, aku mengetuk irama-irama musim semi yang berlari lincah, lidahku semanis pagi menyulam matahari dan secangkir air mata kini menjadi titik-titik embun.
Di setiap pagi aku berlari, ujung gaunku basah menyambut embun, kabut yang datang umpama peri-peri melayang di antara berch dan pillow. Aku berlari dan berlari hingga jantungku berpacu melawan rasa takut dan kesendirian. Mengubur segala kegelisahan dan mimpi masa lalu yang kerap datang.
Hingga di ujung jalan aku bertemu elang bermata ungu, sayapnya basah.
By. Princess Al Qassam
Saturday, May 21, 2011
SECANGKIR AIR MATA
puisi romantis, puisi selamat tidur, puisi cinta dan puisi sahabat.
blog puisi romantis
kali ini akan posting
SECANGKIR AIR MATA.
Terimkasih atas kunjungan anda ke blog
puisi romantis
jika postingan
SECANGKIR AIR MATA
menarik jangan lupa untuk berbagi ke teman, share Blog
Puisi Romantis
ini melalui link media sosial dibawah. ^_^
Artikel Terkait SECANGKIR AIR MATA :
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment